Minggu, 18 April 2010

APBN-P 2010, akankah dapat menurunkan tingkat kemiskinan Indonesia

Secara umum struktur APBN-P 2010 tidak lebih daripada APBN 2010, hal ini dikarenakan penerimaan negara pada APBN-P 2010 lebih kecil daripada biaya belanja yang dikeluarkan sehingga terjadi definit negara dan menimbulkan keseimbangan primer yang negatif, ini akan mengakibatkan timbulnya utang baru. Belanja pemerintah pada APBN-P 2010 ini juga tidak mencerminkan belanja prioritas yang menguntungkan bagi rakyat kecil.

Pada APBN-P 2010 ini pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan seharusnya dengan adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi dibarengi dengan kenaikan pendapatan, sehingga tingkat pengangguran dapat ditekan. Yang pada akhirnya kemiskinan dapat diminimalisir. Dengan terbongkarnya beberapa kasus Gayus dan kasus-kasus hukum yang lainnya, seharusnya pemerintah dapat lebih ketat dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja kementrian dan atau lembaga negara yang lainnya.

Mengutip pidato presiden SBY dalam pelantikan presiden dan wakil presiden di gedung MPR RI, 20 Oktober 2009 yang lalu pada kesempatan itu SBY menyebutkan tiga agenda kerja Kabinet Indonesia Bersatu Dua (KIB) 1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat 2. Memperkuat demokrasi 3. Meningkatkan keadilan.

Untuk meningkatkan dan memelihara kesejahteraan rakyat, SBY mengatakan, “Indonesia akan terus berada di garis depan, dalam upaya untuk mewujudkan tatanan dunia yang lebih baik. Kami akan terus menjadi pelopor dalam upaya penyelamatan bumi dari perubahan iklim, dalam reformasi ekonomi dunia utamanya melalui G-20, dalam memperjuangkan Millenium Development Goals, dalam memajukan multilateralisme melalui PBB, dan dalam mendorong tercapainya kerukunan antar peradaban “harmony among civilizations”.Di tingkat kawasan, Indonesia akan terus berikhtiar bersama negara-negara ASEAN lainnya, untuk mewujudkan Komunitas ASEAN, dan menjadikan Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai, sejahtera dan dinamis. “

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, USA (negera terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin yaitu, orang yang sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati batas garis kemiskinan.

Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan. Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain. Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, Menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan

Oscar Lewis, seorang antropolog, mengungkapkan bahwa masalah kemiskinan bukanlah masalah ekonomi, bukan pula masalah ketergantungan antar negara atau masalah pertentangan kelas. Memang hal-hal tadi dapat dan merupakan penyebab kemiskinan itu sendiri tetapi menurut Lewis, kemiskinan itu sendiri adalah budaya atau sebuah cara hidup. Dengan demikian karena kebudayaan adalah sesuatu yang diperoleh dengan belajar dan sifatnya selalu diturunkan kepada generasi selanjutnya maka kemiskinan menjadi lestari di dalam masyarakat yang berkebudayaan kemiskinan karena pola-pola sosialisasi, yang sebagian besar berlaku dalam kehidupan keluarga. (Kisah Lima Keluarga, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta 1988).

Mudah di prediksi upaya penurunan kemiskinan yang dilakukan pemerintah akan mengalami kesulitan terkait dengan haluan ekonomi pemerintah yang liberal membuka pasar bagi kekuatan asing.

Wallahu'alam bishawab...

Selasa, 23 Februari 2010

Catatan Sidang Pansus Century

Pengusutan aliran dana Century rasanya akan semakin panjang dan berliku, penelusuran yang dilakukan oleh Pansus DPR terhadap aliran dana itu belum membuahkan hasil yang maksimal. Fraksi-fraksi yang berada di Pansus DPR baru saja memberikan kesimpulan akhirnya, ada yang menyebutkan nama ada yang tidak. Padahal, selama ini nama-nama yang tersangkut dalam kasus dana talangan Rp. 6,7 trilyun sudah banyak tersebar di masyarakat.

Secara kasat mata kita sudah dapat melihat banyaknya kejanggalan yang terjadi. Walaupun rapat-rapat yang mengagendakan pengambilan keputusan atas penyelamatan bank Century ini telah dilakukan. Bahkan Tim Pansus sendiri melakukan rekonstruksi dan investigasi terhadap nama-nama yang disebutkan dalam rapat Pansus. Ini mengindikasikan bahwa kesalahan telah terjadi dalam proses pengambilan keputusan.
Untuk menyegarkan ingatan kita, dalam keterangan di depan Pansus Menteri Keuangan dan Bank Indonesia (yang kemudian disetujui Menteri Keuangan) berargumen: lebih baik mengeluarkan Rp 630 miliar (atau 4,5 persen dari dana Lembaga Penjaminan Simpanan sebesar Rp 14 triliun) ketimbang harus menghadapi kolapsnya belasan bank kecil dengan kerugian Rp 30 triliun (214 persen dari dana LPS). Kisruh perbankan pada tahun 1998 berbeda dengan kisruh Bank Century. Saat itu kekacauan perbankan disulut oleh bank-run (nasabah menarik deposito), sedangkan pada 2008-2009 akan dicirikan oleh loan-run (sesama bank enggan saling meminjamkan). Dalam hal ini otoritas keuangan melakukan penilaian yang keliru terhadap situasi saat itu. Kegagalan otoritas keuangan dalam memahami secara tepat situasi ekonomi yang antara lain menimbulkan kesalahan dalam pengambilan kebijakan.

Pada zaman dimana kata-kata adalah kosmetik yang dapat membentuk persepsi sikap dan laku. Kata sebagai stigma berkembang bagaikan racun atau madu yang disemburkan pada yang dituju. Sebagai prasangka kata menjadi mudah untuk membelah mana kawan atau lawan. Kumpulan kata-kata yang disampaikan oleh fraksi-fraksi yang ada dalam Pansus DPR dapat disimpulkan, Pansus akan membatasi tanggung jawab pada internal Bank Century, Menteri Keuangan dan Bank Indonesia, tidak mungkin melebar pada yang lain apalagi meminta tanggungjawab presiden. Ujung Pansus Century membuat rakyat masygul. Bisa jadi agar rakyat tenang : cukuplah Pemasygulan (sayangnya pemasygulan tidak tertera dalam konstitusi).

Selasa, 26 Januari 2010

100 HARI

Kala matahari redup diselimuti gelap malam, saat itu hitungan dimulai, tepat tengah malam pergantian hari. Matahari dan bulan oleh manusia jadi penanda waktu. Manusia Indonesia menandai kelahiran atau kematian dengan waktu yang berkala : tujuh bulanan, aqiqah atau tujuh hari kematian dan 100 hari kematian bahkan 1000 hari kematian.

Tahun lalu Indonesia bergegas mengingat 100 tahun kebangkitan nasional. 100 tahun silam, istilah "Indonesia" belum dikenal di dunia dan belum mempunyai arti politik di tanah air. Kini, di abad ke 21, Republik Indonesia dalam umurnya yang 63 tahun bukan saja menjadi realita politik namun juga fenomena internasional. Indonesia kini dikenal sebagai demokrasi nomor tiga terbesar di dunia; sebagai bangsa berpenduduk muslim terbesar di dunia; sebagai benteng Islam moderat, toleransi dan pluralisme; sebagai "environmental superpower" pemilik hutan tropis yang menjadi solusi penting perubahan iklim global; dan sebagai negara yang ekonominya sangat dinamis, berlimpah sumber alam, dan bermasa depan cerah.

Angka 100 rupanya bukan angka biasa. Saat kita sekolah dasar, nilai 100 angka akan membuat anak bersorak, untuk bisa mendapatkan angka itu perlu perjuangan keras dan panjang. Hari Kamis, 28 Januari 2010 ini adalah genap Presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang kerap kita singkat dengan SBY mencanangkan 100 hari pemerintahan yang kedua. Kritik atau evaluasi yang dilakukan masyarakat sebenarnya hanya respons atas janji program 100 hari yang disampaikan Presiden SBY pada pekan ini. Sebelum era pemerintahan SBY, masyarakat Indonesia tidak mengenal program 100 hari.

Memang telah banyak negara yang mempraktikkan program ini seperti misalnya di Amerika Serikat. Program 100 hari dinilai penting karena dapat menjadi indikator positif bagi pemerintah baru dalam meningkatkan kepercayaan publik. Namun, bila program 100 hari tidak direncanakan dengan matang, tidak memiliki program andalan yang dapat meyakinkan publik atas kemampuan pemerintahan baru, maka justru akan menjadi bumerang yang akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kompetensi pemerintah.

Dengan mempublikasikan program 100 hari artinya pemerintahan SBY-Boediono mempersilakan masyarakat untuk menilai dan mengkritisi kinerjanya. Bila merujuk pada program 100 hari yang dilakukan di berbagai negara maju, program 100 hari bukan sekadar untuk menancapkan fondasi. Ada dua hal penting dalam program 100 hari. Pertama, program 100 hari harus memberikan landasan strategis bagi kebijakan pemerintah. Juga memberikan sinyal bagi masyarakat dan para pelaku usaha terhadap arah kebijakan ekonomi pemerintah ke depan. Kedua, program 100 hari juga merupakan berbagai terobosan kebijakan untuk menyelesaikan berbagai masalah jangka pendek. Kelemahan program 100 hari pemerintah, ternyata tidak hanya ketidakjelasan kebijakan fondasi tetapi juga minimnya kebijakan konkret yang dapat meyakinkan masyarakat atas kompetensi dan keberpihakan pemerintahan dalam mengelola kebijakan ekonomi.

Nasihat Cary Covington, profesor politik dari Universitas Iowa, terhadap program 100 hari Obama menarik untuk dievaluasi. Menurut Cary Covington, yang terpenting bagi Obama adalah melakukan apa yang telah dilakukan Roosevelt dalam program 100 harinya yakni fokus pada upaya menumbuhkan keyakinan dan semangat masyarakat. Bagi masyarakat, program 100 hari pemerintahan SBY – Boediono adalah cicak dan buaya selain juga kisruhnya Bank Century.

25 Januari adalah saat rakyat mengavaluasi dan menagih janji. Adalah absurd jika massa aksi pada tanggal itu dikaitkan dengan kisruh century apalagi pemakzulan. Rakyat dengan caranya mengingatkan bahwa tantangan bangsa yang paling nyata adalah korupsi, kebodohan, ketidak pedulian, potensi konflik, xenophobia, ekstremisme, marginalisasi, nasionalisme sempit, ketidakmampuan membaca tanda-tanda zaman. Rakyat ingin menatap Indonesia menjadi salah satu ekonomi unggul yang paling kompetitif di Asia, handal beradaptasi dan melesat jauh melampaui target internasional Millenium Development Goals dengan kemakmuran yang merata dari Sabang sampai Merauke.

Rakyat juga hendak menegaskan, 100 hari bukan revolusi, ia adalah perjuangan. Kita maklumi aksi massa perlu dinamika lapangan. Revolusi adalah kata sihir yang memukau massa.
25 Januari adalah repetisi pengulangan sejarah : berharap revolusi. Namun seperti kata Moammar Khaddafy : Kejadian besar dalam sejarah bisa diulang, kali pertama berupa tragedi, kali kedua berupa banyolan.”

Kamis, 21 Januari 2010

Cerita lucu

Bersembunyi Dari Pencuri

Suatu malam seorang pencuri membobol rumah Nasruddin. Untung saja Nasruddin melihatnya. Karena takut, dengan cepat Nasruddin bersembunyi di dalam sebuah kotak besar yang terletak di sudut ruangan.

Si pencuri sedang mengaduk-aduk isi rumah Nasruddin mencari uang ataupun barang berharga yang dimiliki Nasruddin. Dia membuka lemari, laci-laci, kolong-kolong, dan lain-lain. la tapi tidak menemukan satu pun barang berharga.

Pencuri itu hampir saja menyerah dan memutuskan untuk keluar dari rumah Nasruddin. Tapi tiba-tiba matanya tertuju pada kotak besar yang terletak di sudut ruangan kamar Nasruddin. Dia sangat senang karena dia yakin dalam kotak itulah disimpan harta benda yang dia cari.

Walaupun kotak itu terkunci kuat dari dalam, tapi dengan kekuatan penuh, pencuri itu berhasil membuka kotak tersebut. Pencuri itu sangat kaget ketika melihat Nasruddin berada di dalam kotak itu. Pencuri itu sangat marah dan berkata, "Hei! Apa yang kau lakukan di dalam situ?"

"Aku bersembunyi darimu," jawab Nasruddin.

"Kenapa?"

"Aku malu, karena aku tak punya apapun yang dapat kuberikan padamu. Itulah alasan mengapa aku bersembunyi dalam kotak ini."




Selalu Konsisten

Suatu hari Nasrudin ditanya oleh kawannya, Mulah, yang sudah lama tak berjumpa,
Mullah : "Hai Nas, bagaimana kabarmu?"
Nasrudin : "alhamdulillah, kabarku baik-baik saja."
Mullah : "kau tetap terlihat segar, Berapa umurmu sekarang?"
Nasrudin : "Empat puluh tahun"
Mullah : "Lho? dulu, kau menyebut angka yang sama ketika aku menanyakan umurmu itu, dua tahun yang lalu?"
Nasrudin : "Ya, aku memang selalu berusaha konsisten dengan apa yang pernah kukatakan."
Mullah : "Oh, begitukah cara menepati omongan?"
Nasrudin : "Masak kau nggak tahu?"
Mullah : !@$#@$^%^

Kamis, 14 Januari 2010

KAJI ULANG ASEAN CHINA FREE TRADE AGREMEENT (AC-FTA)

Belum genap satu bulan dari tenggat perjanjian FTA 1 Januari 2010 beberapa kalangan mendesak pemerintah untuk menegosiasi ulang perjanjian itu. Ketua DPR Marzukie Alie meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) segera melakukan renegosiasi ASEAN China Free Trade Agreement (AC-FTA) karena akan mematikan 11 sektor industri terutama sector industri tekstil dan produk tekstil, makanan dan minuman, petrokimia, alat-alat dan hasil pertanian, alas kaki, sintetik fiber, elektronik, industri permesinan, jasa engineering, besi dan baja, serta industri komponen manufaktur otomotif yang akan menimbulkan gelombang massal pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah besar. Selanjutnya, sebagai bahan argumentasi DPR dalam meminta pemerintah agar melakukan renegosiasi AC AFTA dan CEFT AFTA dengan mempertimbangkan UU No 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional di dalam pasal 1 poin b. pasal 2. pasal 4 ayat (2). pasal 11 ayat (2) dan pasal 18. Kemudian article 6 Modification oJCon-ses-sions dalam Agreement on Trade Good of The Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between The Association of Southeast Asian Nations and The Peoples of China.
Bersamaan dengan itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta pemerintah memutuskan penundaan penerapan FTA ASEAN-China. Dikhawatirkan, kesepakatan pembebasan bea masuk impor justru akan memperlemah posisi UMKM sebagai tulang punggung industri di Indonesia. Perwakilan 10 sektor industri mendesak penundaan pemberlakuan FTA ASEAN China, yaitu sektor besi dan baja, petrokimia, benang dan kain,hortikultura, makanan dan minuman, alas kaki, elektronik, kabel, serat sintesis, dan mainan. Meskipun sebagian sektor itu kemudian berhasil diyakinkan pemerintah tentang keharusan mengikuti FTA ASEAN-China, sektor-sektor seperti tekstil, baja, dan petrokimia tetap bersikeras meminta penundaan. Menghadapi tekanan-tekanan itu, pemerintah memutuskan tetap konsisten menerapkan kesepakatan FTA ASEAN-China dengan janji untuk menyampaikan hal-hal penting dari keberatan pengusaha Indonesia itu secara tertulis kepada Pemerintah China. Pemerintah melalui Departemen Keuangan menyatakan, langkah-langkah yang diambil harus tetap berada dalam koridor FTA ASEAN-China. Artinya, FTA ASEAN-China akan jalan terus. Apakah FTA menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti target pemerintah sebesar 5,5 % ? Atau Apakah FTA membawa bencana yang berakibat pada PHK dan pengangguran ?

Prospek Ekonomi 2010
Menghadapi FTA pemerintah prediksi tersebut diwakili oleh apa yang biasa disebut sebagai asumsi dasar ekonomi makro, dalam RAPBN dan APBN. APBN 2010 yang ditetapkan pada akhir Oktober 2009, mencantum asumsi makroekonomi sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 %; tingkat inflasi sebesar 5,0 %; rata-rata kurs adalah Rp10.000/USD; Neraca Pembayaran Indonesia surplus, cadangan devisa bertambah; rata-rata suku bunga SBI 3 bulan sebesar 6,5 %; dan Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar USD 65 per barel dengan lifting sebanyak 0,965 juta barl per hari. Nota Keuangan itu meyebut ada beberapa tantangan yang menghadang pada tahun 2010. Diantaranya berupa : program stimulus ekonomi yang belum optimal, ketatnya likuiditas global, dan meningkatnya harga minyak dan beberapa komoditi di pasar internasional. Diakui pula tantangan lain yang lebih bersifat domestik, yakni tingginya tingkat pengangguran dan angka kemiskinan, serta infrastruktur tak memadai. Dengan asesmen yang demikian, Pemerintah menetapkan arah kebijakannya dalam mengelola perekonomian, yaitu: menjaga stabilitas ekonomi makro, meningkatkan pembangunan infrastruktur dan mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Secara lebih khusus, Pemerintah mengaku akan mengutamakan program jaminan sosial dan peningkatan kapasitas usaha skala mikro dan kecil serta koperasi serta program-program lainnya.
Sementara itu, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan perbankan, terlihat lebih konservatif dalam memperkirakan perekonomian Indonesia tahun 2010. Belakangan, Bank Indonesia memang lebih sering mengeluarkan estimasi yang lebih realistis dan secara cepat membuat revisi, khususnya yang terkait dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2010 berada di kisaran 5% - 5,5 %, yang akan dimotori terutama oleh kegiatan ekspor dan investasi dari sisi permintaan. Namun diakui adanya downside risks terutama jika akselerasi perbaikan volume perdagangan dunia tidak secepat yang diperkirakan.
Di luar otoritas ekonomi, ada banyak pandangan yang dikemukakan. Yang paling mudah diperbandingkan antar ramalan itu adalah mengenai prakiraan pertumbuhan ekonomi karena memang dijadikan sentral pembahasan masing-masing. Sebagai contoh, IMF mengemukakan angka 4,8 %, sedang kebanyakakan ekonom Indonesia menyebut angka di atas 5 %. Menurut Faisal Basri, ekonomi Indonesia harus tumbuh 6 %. menurutnya, jika 5,5 % berarti tidak ada keinginan untuk kerja keras dari Pemerintah.
Bagaimanapun, ada kesamaan yang menonjol dalam semua prospek ekonomi tersebut. Ada optimisme bahwa perekonomian Indonesia akan lebih baik, dan secara lebih khusus disebutkan angka pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Argumen utamanya pun sama, yakni karena adanya pemulihan perekonomian global, khususnya di negara-negara industri maju. Amat kuat keyakinan pulihnya kondisi ekspor-impor di berbagai negara, yang berarti perdagangan dunia bisa mendongkrak ekspor Indonesia. Arus modal dan keuangan internasional pun diyakini akan lebih stabil, dan pada saat bersamaan, kondisi dan rating Indonesia yang terkait dengan itu cukup baik. Singkatnya, faktor-faktor eksternal diperkirakan akan amat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia 2010.
Dilihat dari sisi domestik, konsumsi sebagai motor pertumbuhan ekonomi diyakini masih akan meningkat cukup pesat. Ditambah dengan sudah adanya rencana investasi di bidang infrastruktur yang sedang dan mulai direalisasikan tahun 2010, baik dari pihak swasta maupun pemerintah. Meskipun mulai goyah selama beberapa minggu terakhir, sampai dengan sebulan lalu, stabilitas politik diyakini sebagai faktor positif. Majalah The Economist edisi September 2009 menyebutnya bersama dengan tekad anti korupsi sebagai variabel amat positif dari Indonesia.
Pencermatan atas kebanyakan prospek ekonomi tersebut akan membawa kepada salah satu kesimpulan bahwa kondisi perekonomian Indonesia masih amat bergantung kepada dinamika ekonomi global. Rekomendasi yang diberikan pun terkait dengan optimalisasi transaksi internasional, baik dalam soal arus barang maupun arus modal. Ada kesan bahwa faktor domestik lebih sebagai “bumper” belaka. Pengaman, jika keadaan global sulit, maka ada faktor pengaman agar Indonesia tidak sampai hancur perekonomiannya. Untuk tumbuh dan menjadi sejahtera, faktor eksternal masih dianggap lebih penting. Ironisnya lagi, justeru kurang manageable alias agak di luar kendali otoritas ekonomi Indonesia.

FTA :Pengangguran dan PHK ?
Kekhawatiran pengangguran dan (Pemutusan Hubungan Kerja ) PHK akan bertambah bila membaca defisit perdagangan China selama lima tahun dengan Indonesia yang membengkak. Indonesia merugi puluhan triliun dengan China. Indonesia hanya mengalami surplus perdagangan dengan China pada 2003. Selama periode Pemerintahan SBY tercipta lapangan kerja baru sebanyak 8,83 juta orang (dari 93,72 juta menjadi 102,55 juta). Sementara angkatan kerja bertambah sebanyak 7,98 juta orang (dari 103,97 juta menjadi 111,95 juta). Dengan kata lain, lapangan kerja baru yang tersedia hanya sedikit diatas laju pertumbuhan angkatan kerja. Pada Agustus 2008, ada 31,09 juta orang setengah pengangguran atau 27,77 %. Terdiri dari setengah penganggur terpaksa sebanyak 14,92 juta orang dan setengah penganggur sukarela sebanyak 16,17 juta orang. Selama empat tahun pemerintahan, jumlah penganggur hanya berhasil dikurangi sebanyak 2,27 juta.
Sementara itu, angka setengah pengangguran justru mengalami perkembangan yang lebih buruk, bertambah sebanyak 3,14 juta orang. Jika melihat komposisi antara pekerja formal dan informal, maka tampak tidak adanya perbaikan yang berarti, meski sempat ada sedikit perbaikan dalam dua tahun pertama. Jumlah pekerja formal pada Agustus 2004 adalah sebanyak 28,43 juta orang atau sebesar 30,33%, sedangkan pekerja informal adalah sebanyak 65,30 juta orang atau sebesar 69,67% dari mereka yang bekerja. Dengan kata lain, pemerintahan SBY kurang berhasil menciptakan lapangan kerja baru di sektor formal yang banyak diinginkan oleh para pencari kerja dan para pekerja informal (yang sebagian cukup besarnya berstatus setengah penganggur).
Kekhawatiran pengangguran akan bertambah bila membaca defisit perdagangan China selama lima tahun dengan Indonesia yang membengkak. Indonesia merugi puluhan triliun dengan China. Indonesia hanya mengalami surplus perdagangan dengan China pada 2003. Tahun-tahun berikutnya, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan Indonesia. Saat ini hampir semua jenis produk China masuk melenggang bebas ke Indonesia. Data BPS meunjukan saat ini saja ekspor kita ke China hanya 5,91%, sedangkan impornya mencapai 8,55%. Perdagangan bebas sudah dijalankan, diprediksi ekspor kita hanya naik 2,29% menjadi 8,20 %. Sebaliknya impor Indonesia dari China naik 2,81% menjadi 11,37 %.
Banjir produk murah dari China menyebabkan pangsa pasar usaha tekstil dan produk terkait (TPT) domestik menurun dari 57 persen pada 2005 menjadi 23 persen pada 2008. Di bidang ekspor, produk nonmigas Indonesia seperti tekstil dan mainan anakanak juga makin disaingi produk-produk sejenis dari China. Meningkatnya proteksionisme di AS, Eropa, dan banyak negara di belahan bumi lain sejak era krisis global membuat kita khawatir, produk-produk China justru akan mengalir ke pasar Indonesia. Indikatornya sudah jelas, tahun 2008 Indonesia mengalami defisit USD3,61 miliar dalam perdagangan dengan China. Dalam perdagangan di sektor nonmigas, keadaan berbalik dari surplus USD79 juta pada 2004 menjadi defisit USD7,16 miliar pada 2008. Bahkan sejak 2004, sebenarnya Bank Dunia telah memperkirakan bahwa China akan menjadi pesaing utama bagi ekspor nonmigas Indonesia untuk produk-produk seperti tekstil,produk TPT,mainan anak-anak, sepatu oleh raga. Di pasar internasional, terlihat sulit bagi Indonesia untuk bisa mengatasi produk-produk China yang, sama dengan kebanyakan produk Indonesia, bersifat labour intensive.
Mengingat perhitungan garis kemiskinan (GK) oleh BPS adalah berasal dari data SUSENAS, maka bisa dikatakan bahwa kenaikan harga-harga yang dialami (dikonsumsi) oleh penduduk miskin adalah lebih tinggi daripada yang dirasakan secara rata-rata oleh seluruh penduduk. Mengingat perhitungan garis kemiskinan (GK) oleh BPS adalah berasal dari data SUSENAS, maka bisa dikatakan bahwa kenaikan harga-harga yang dialami (dikonsumsi) oleh penduduk miskin adalah lebih tinggi daripada yang dirasakan secara rata-rata oleh seluruh penduduk. Akan tetapi, perbedaan besaran antara keduanya belum memperlihatkan pola tertentu. Sebagai contoh, ketika inflasi umum naik dari 6,52 persen (2007) menjadi 8,17 persen (2008), laju kenaikan GK justeru melambat dari 9,67 persen menjadi 9,56 persen. Jika dikaitkan dengan informasi BPS bahwa GK lebih banyak ditentukan oleh kebutuhan makanan, maka inflasi kelompok bahan makanan dan makanan perlu diperhatikan secara tersendiri. Tampak kecenderungan kenaikan bahan makanan selalu lebih tinggi daripada inflasi umum (kecuali tahun 2006 yang relatif setara), dan dengan sendirinya lebih tinggi daripada laju kenaikan garis kemiskinan. Dari sisi ini FTA yang dibarengi dengan PHK dan inflasi akan memukul rakyat miskin dengan telak.

Mencari Berkah di balik FTA
Ibarat pepatah, bagi Indonesia telah meludah pantang dijilat. Ditengah kekhawatiran FTA akan menahan laju pertumbuhan ekonomi, perlu dicari siasat menghadapi FTA. Pemerintah mesti lebih giat mengkampanyekan 'Cinta Produk Dalam Negeri' untuk dalam pemberlakuan Free Trade Agreement (FTA) Asean-China. Di Korea. Dikatakan, di saat mobil produk Jepang mampu menguasai pangsa pasar di sejumlah negara, namun tidak demikian di Korea. Warga Korea sangat sedikit yang menggunakan mobil produk Jepang. Mereka lebih suka menggunakan mobil produksi dalam negeri, meski tahu produk Korea lebih buruk.
Menerapkan proteksi nontarif (non-tariff barrier) bukanlah kebijakan yang terus-menerus bisa diandalkan sebagai "solusi taktis" dari penerapan FTA ASEAN-China ini karena pasti mengundang pembalasan (retaliation) dari China.Tahun 2007 terjadi "perang dagang" Indonesia-China meski dalam skala terbatas ketika BPOM mengumumkan sejumlah produk makanan, kosmetik, minuman dan mainan anak-anak dari China mengandung bahan formalin yang membahayakan kesehatan.Pengumuman itu segera diikuti oleh inspeksi besar-besaran BPOM atas produk-produk makanan, minuman, dan produk China lain di kota-kota besar di Indonesia.
Hanya dua hari setelah inspeksi itu dilakukan, China mengumumkan pelarangan impor hasil laut Indonesia, yang jelas merupakan reaksi langsung dari tindakan Indonesia. Perselisihan dagang itu akhirnya bisa diakhiri pada awal September 2007 setelah tim dagang dari Indonesia berkunjung ke China untuk membicarakan standardisasi produk foods dan non-foods.Ini mencerminkan bahwa China bukanlah partner dagang yang mudah "diakali" dan bahkan jauh lebih "banyak akal" daripada kita.
Bagi Pemerintah, perlu menimbang ulang kepercayaan yang cenderung membuta pada prinsip-prinsip ekonomi liberal, khususnya dalam hal perdagangan bebas. Seperti dilansir The Economist, Newsweek dan Foreign Affairs, krisis finansial global telah mengembalikan proteksionisme sebagai pilihan kebijakan bagi banyak negara. Pelopornya adalah AS dengan kebijakan Buy American yang dikeluarkan Kongres pada Januari 2009, yang melarang pembelian barang-barang impor dalam proyek-proyek yang dibiayai pemerintah. Sesuai janjinya dalam kampanye, Obama juga kian protektif terhadap China karena secara konkret produk-produk murah China telah mematikan beragam sektor usaha di AS dan menyebabkan pengangguran masif.
Tak ada salahnya Pemerintah Indonesia belajar dari Obama yang demi rakyatnya rela mengingkari komitmen perdagangan bebas yang semula menjadi "ideologi" AS, termasuk menegosiasikan ulang perjanjian bebas dalam kerangka NAFTA yang diikuti AS sejak 1994. Bisa dipastikan, tanpa keberanian menegosiasikan ulang FTA ASEAN-China, gejala deindustrialisasi akan kian masif di negeri ini.Tanpa FTA ASEAN-China hal itu sudah terjadi.

Minggu, 10 Januari 2010

Lenyapnya Jawaban Kehidupan

Inilah cerita tentang orang-orang Tanpa. Mereka membajak sawah tanpa padi. Mereka tertawa tanpa kebahagian. Mereka berjalan tanpa kaki. Mereka berfikir tanpa otak. Mereka membaca tanpa buku. Tanpa adalah absurditas kenyataan. Mungkinkah tertawa dan berfikir tanpa kebahagian dan otak ? Membaca ekspresi manusia dalam simbol huruf yang dirangkum menjadi satu disebut buku.

Sepanjang tahun 2009 Kejaksaan Agung memberi kado murung. Pengumuman Kejaksaan Agung yang menyadarkan betapa 12 tahun pasca reformasi soal pemberangusan buku belum banyak berubah. Kelima buku itu adalah Dalih Pembunuhan Massal Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto karangan John Roosa; Suara Gereja bagi Umat Tertindas karya
Socrates Sofyan Yoman; Lekra Tak Membakar Buku karangan Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan; Enam Jalan Menuju Tuhankarya Darmawan M.M.; serta Mengungkap Misteri Keberagamaan Agamakarangan Syahrudin Ahmad. Alasan pelarangan, mengganggu ketertiban umum. Alasan klise seperti itu sungguh sulit diterima akal. Tak ada keributan dimasyarakat gara-gara penerbitan buku-buku itu. Padahal beberapa buku
yang dilarang sudah lama terbit. Misalnya, buku yang ditulis Roosa,ahli sejarah PKI asal Amerika Serikat, dicetak pada Maret 2008. Versi Inggrisnya, Pretext for Mass Murder, dipublikasikan oleh University of Wisconsin Press pada Agustus 2006.

Pasti banyak pihak yang tidak sependapat dengan isi buku itu. Namun melarang buku menghancurkan kehidupan. Lebih dari cukup zaman Orde Baru buku dilarang beredar. Inilah semangat zaman mengakses informasi secara terbuka dan banyak pintu. Apakah pelarangan itu menghentikan literasi penyebaran buku yang dilarang?

Kalaupun ada yang tak setuju pada isi buku-buku itu, seharusnya membuat pendapat tandingan. Biarlah masyarakat yang menilai buku mana yang lebih layak dipercaya isinya. Hanya dengan membiarkan perbedaan pendapat itu berkembang, kesahihan sebuah pemikiran bisa diuji. Buku Roosa itu, misalnya, mencoba mengisi sejumlah "lubang" dalam periode sejarah kita mengenai tudingan terjadinya pembantaian ribuan, bahkan
ada yang bilang ratusan ribu, orang yang dituduh terlibat PKI. Belum tentu tesis Roosa benar. Justru karena itu, dengan membiarkan publik membaca tesis Roosa, mereka yang punya data pembanding bisa membuat tesis tandingan. Tak kalah unik , peredaran buku Membongkar Gurita Cikeas. Memang Kejaksaan Agung belum mengeluarkan larangan buku ini. Coba anda cari ditoko buku Gramedia atau toko buku lainnya dipastikan
tidak ada. Padahal saat peluncuran buku dilakukan di Gramedia Yogyakarta. Konon, cara menghentikan peredaran buku dengan memborong sejumlah stock buku pada distributor disertai sisipan intimidasi.

Tentunya terbuka lebar penyelesaian secara hukum jika sebuah buku memicu masalah gawat. Misalnya bila buku itu mencela orang lain atau mencela keyakinan seseorang. Mereka yang dirugikan bisa menggugat penulis buku itu, namun peredaran buku tersebut pun hanya bisa ditarik atau dilarang atas putusan pengadilan setelah melalui berbagai
prosedur pembuktian.

Agar mekanisme pelarangan buku melalui pengadilan bekerja, ada langkah penting yang harus terlebih dulu dilakukan. Hak Kejaksaan Agung mengeluarkan pelarangan peredaran atas sebuah buku harus dicabut lebih dulu. Penilaian sepihak oleh Kejaksaan, itu pun belum tentu dilakukan oleh mereka yang kompeten.

Ketahuilah, kita mengetahui masa silam dari literasi yang dibaca. Telpon dan listrik yang kita nikmati bagai bagian dari jantung kehidupan. Ia ada bukan karena lampu aladin. Bila diusap serta merta ada. Telpon dan listrik adalah rupa kreasi manusia yang diturunkan dari generasi kegenerasi berikutnya. Nol tahun sejarah Indonesia dimulai saat ditemukannya prasasti Kutai Kertanegara dari raja Purnawarman pada tahun 400 M. Sebelum tahun itu, Indonesia adalah prasejarah zaman yang belum beradab. Sejak tahun 400 M Indonesia mencipta menuju peradaban manusia Indonesia.

Sejarah Majapahit terpendam. Kenapa Majapahit yang berdiri di abad ke-13 kini tak bersisa, sedangkan Cordoba dan masjidnya, yang mulai dibangun kerajaan Islam di Spanyol di abad ke-8, masih bisa utuh? Kenapa Majapahit, yang kurang-lebih seumur Cambridge University diInggris, kini hanya bekas yang terserak dan tersembunyi? Mungkinperang telah merusak semuanya, hingga kota itu ditinggalkan dan pelan-pelan rubuh. Mungkin iklim merapuhkan bahan-bahan yang membentuknya. Mungkin gempa atau wabah. Tidak atau belum ada penjelasan. Tapi bahwa ia tak mampu bertahan terus (sebuah kronologi Jawa menyebutnya ”sirna ilang”) menunjukkan sebuah kelemahan dasar: di kota itu tampaknya tak ada kekayaan sosial—dalam bentuk harta dan pemikiran—yang secara kontinu bisa merawat, merenovasi, dan merekonstruksi diri. Kesadaran ini semestinya membuka kita pada kekeliruan. Bila di permukaan manusia tampak cukup ideal dengan produk-produk kulturalnya (seperti UU, sistem, buku, demokrasi dsb),tapi di lapisan makna berikutnya kita mendapati manusia yang sama,
yang ternyata menjadi pengkhianat dan perusak produk kultural tersebut.

Akan jadi mencemaskan bila pola yang sama ternyata tidak berhenti di kalangan elit atau pengambil kebijakan -yang dipercaya dan mendapat fasilitas rakyat- tapi juga berlangsung di berbagai lembaga secara horisontal maupun vertikal. Di tempat-tempat yang bisa jadi kita menemukan diri kita sendiri ada di situ sebagai pelakunya. Kemungkinan jawabannya bukan berbentuk multiple choice. Yang tersedia pertanyaan
tanpa jawaban. Bila buku dengan beragam dalih dilarang, kemana kita mencari jawaban dari pertanyaan kehidupan.

AKU BEKU DALAM MATAHARI

AKU BEKU DALAM MATAHARI
Karya : Soetrisno Bachir


Zaman itu,
ketika semua bicara perubahan,
dengan serempak semua bagai tersihir
Entah siapa yang memulai,
tapi semua terlena dalam kubangan harap dan impian

Hari hari itu dipenuhi slogan dan mantra-mantra:
perubahan, perubahan, dan perubahan!

Di sudut sana, orangorang memekik lantang, “Reformasi!”
Di pojok lapangan, para mahasiswa berteriak, “Reformasi!”
Hampir di setiap sudut, di setiap lorong,
di setiap jalan, di setiap jembatan,
di setiap gedunggedung, hingga di setiap gubuk reot,
semua bicara dan mengumpat lantang tentang suara yang sama:
“Reformasi!”

Ya, memang semua bagai tersihir dalam kubangan penuh harap dan impian
Impian untuk menemukan kembali sesuatu yang terampas
Impian mendapatkan apa yang selama ini dianggap palsu dan terhempas

aku pun tak diam
aku berdiri di suatu bukit
Gemuruh angin kencang menyibak kesendirianku
Sekejap datang seseorang membawakan aku matahari

Wahai saudaraku, inilah matahari!
Dengan penuh keyakinan sungguh ia memeluk dan berbisik, jadilah matahari!

Jadilah
Matahari yang akan memancarkan segala cahaya penuh kehangatan
Matahari yang mampu menerangi kegelapan segala ruang dan sudut kebisuan
Matahari yang bisa mengubah si bodoh menjadi cendekia
Jadilah
Matahari yang menjadikan si miskin memiliki ragam kesempatan
Matahari yang menguak segala misteri kebisuan atas kebenaran
Matahari yang selalu bercahaya meski hujan dan angin datang melawan

Ah, aku terpukau
Aku terkesiap dan berdiri
Aku pun tersenyum dan datang menghampiri,
demi satu mimpi dan imaji

“Nusantara diterangi cahaya dengan langit rona biru,
Biru dan sejuk seperti samudera di bumi…”

Aku pun tersenyum dan datang menghampiri,
demi impian yang sangat kuyakini

Aku diam sejenak, demi dapatkan mantra sakti
Setelah kutemukan, aku pun berteriak:
“Hidup adalah perjuangan! Ya, Hidup adalah perjuangan!”
Perjuangan sebagai altar ibadah,
perjuangan tanpa henti tanpa kenal menyerah…

Tapi, angin memang tak bisa ditebak
Seperti angin samudera silih berganti menerpa ombak
Lagi-lagi aku terbelakak dengan segala apa yang kusaksikan di depan kelopak
Awan berarak gelap mengepung angkasa yang terkoyak!

Cahaya matahari memang masih bersinar,
Tapi semua ngumpet dan sembunyi di balik dinding dan rumah-rumah palsu
Semua merasa lebih nyaman menggunakan payung dan berlindung di dalam istana agar terhindar dari cahaya matahari…
Aneh, bila kini aku merasa kedinginan di tengah pijar matahari
Aku menggigil dan tak bisa mengerti…

Bagaimana ini? Apa yang tengah terjadi?
Cahaya yang katanya selalu menghangatkan,
menerangi dan mengingatkan
Cahaya yang katanya dapat menyadarkan
bahwa diri kita memang selalu gelap dan butuh CahyaNya…
ah, aku tak paham!

Mungkin orang mengatakan aku menyerah!
Tidak, bagaimana aku bisa menyerah bila sejak awal aku tak punya daya dan upaya,
karena semua kekuatan hanya datang dari Sang Pencitpa?

Mungkin orang mengatakan aku berlari!
Tidak, Aku tak lari sembunyi, meski aku harus sembunyi
Karena tak ingin tangan hina ini kian kotor oleh kedunguanku yang tak terperi

Aku mungkin hanya bisa berujar singkat:
aku sirna,
aku fana
oleh Keagungan Diri-Nya!

Karena kini aku sadar…
Cahaya itu ada di sini
Matahari itu ada di sini
Di dada ini
Di dalam jiwa ini
Cahaya yang selalu menerangi hati para pencari
Mencari keabadian dan kesejatian pribadi yang hakiki…

Kini aku di sini,
berjalan di jalan yang aku pilih ini
Aku mengerti…setiap dari kita, hanya rangkaian proses untuk
selalu terus bergerak, merangkak untuk menggapai Cinta Ilahi…